Kebiasaan pasangan suami istri yang tidur seranjang jangan diangap
sepele. Penelitian menemukan bahwa tidur di ranjang yang sama bermanfaat
bagi kesehatan.
Bahkan, beberapa ilmuwan percaya bahwa tidur dengan pasangan mungkin menjadi penyebab utama kenapa pasangan menikah cenderung lebih baik kondisi kesehatannya dan berumur panjang.
Bahkan, beberapa ilmuwan percaya bahwa tidur dengan pasangan mungkin menjadi penyebab utama kenapa pasangan menikah cenderung lebih baik kondisi kesehatannya dan berumur panjang.
Penelitian baru ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menegaskan bahwa wanita tidak dapat tidur nyenyak jika seranjang dengan pasangan dan pasangan lebih banyak bergerak ketika tidur bersama. Hal-hal yang mengganggu pasangan untuk dapat tidur nyenyak adalah berebut bantal serta perbedaan waktu dan suhu ruangan yang tepat untuk tidur.
"Tidur seranjang penting bagi kesehatan dan bisa menurunkan risiko penyakit jantung serta meningkatkan kesejahteraan mental. Itu terjadi karena perilaku sehat yang dilakukan bersama pasangan," kata Wendy M. Troxel, asisten profesor psikiatri dan psikologi di University of Pittsburgh seperti dilansir Wall Street Journal, Rabu (6/6/2012).
Dalam salah satu penelitian yang dilakukan dr Troxel pada tahun 2009, perempuan yang terlibat dalam hubungan jangka panjang yang stabil jatuh tertidur lebih cepat dan lebih jarang terbangun pada malam hari daripada wanita lajang atau yang sedang berupaya mencari pasangan selama masa penelitian 6 - 8 tahun.
Dr Troxel berhipotesis bahwa karena memicu rasa aman, tidur seranjang dalam sebuah hubungan yang sehat dapat menurunkan kadar hormon stres kortisol.
Berbagi tempat tidur juga dapat mengurangi sitokin, hormon yang terlibat dalam peradangan serta meningkatkan oksitosin, hormon cinta yang dapat meringankan kecemasan dan diproduksi di bagian otak yang bertanggung jawab mengatur siklus tidur-bangun.
"Jadi meskipun berbagi tempat tidur dapat membuat orang lebih banyak bergerak, manfaat psikologis yang diakibatkan dari kedekatan dengan pasangan jauh lebih besar," kata Dr Troxel.
Sebuah penelitian yang dimuat jurnal Sleep and Biological Rhythms pada tahun 2007 menemukan bahwa wanita lebih banyak terbangun pada malam hari ketika berbagi tempat tidur dibandingkan dengan ketika tidur sendirian. Sedangkan pria tertidur sama nyenyaknya baik saat sendirian maupun bersama pasangan.
Ketika peneliti menanyai peserta tentang kualitas tidur peserta pada malam sebelumnya, pria mengaku tidur lebih nyenyak jika bersama pasangan. Wanita mengaku tidur lebih nyenyak hanya pada malam-malam setelah berhubungan seks. Tapi pantauan perangkat yang dipasang untuk mengukur gerakan wanita menunjukkan bahwa tidur wanita ini lebih terpotong-potong pada malam hari setelah berhubungan seks.
"Perempuan menikmati kehadiran laki-laki secara psikologis meskipun mengganggu waktu tidurnya beberapa menit atau jam. Masalahnya adalah wanita lebih sensitif terhadap lingkungannya," kata John Dittami, ahli endokrinologi perilaku dan spesialis irama biologis di Universitas Wina.
Dr Dittami dan Gerhard Klosch, peneliti tidur dari Universitas Wina merekomendasikan kepada pasangan untuk tidur dengan selimut terpisah, terutama jika salah satu pasangan sering bergerak saat tidur.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 terhadap 29 pasangan menemukan bahwa wanita yang lebih jarang mengalami interaksi negatif dengan pasangan di siang hari tidur lebih nyenyak pada malam hari. Untuk pria justru kebalikannya, tidur yang nyenyak menyebabkan berkurangnya interaksi negatif dengan pasangan keesokan harinya.
{ 0 komentar... Skip ke Kotak Komentar }
Posting Komentar