Orang Indonesia masih banyak yang tidak membiasakan diri meminum susu
meskipun mengetahui manfaatnya bagi kesehatan. Salah satu penyebabnya
adalah karena masih banyak beredar mitos-mitos yang keliru mengenai
susu. Susu dianggap dapat menyebabkan kegemukan atau gangguan lain yang
tak menyenangkan.
"Orang banyak yang takut meminum susu sapi karena takut gemuk. Bahkan beberapa orang menyebutkan minum susu bisa menyebabkan hiperkolesterol. Ada juga orang yang kemudian mengalami mual setelah minum susu," kata Dr Fiastuti Witjaksono, Sp.GK (K), Dokter Spesialis Gizi Klinik dalam acara Media Outing di Djadoel Village, Bandung, seperti ditulis Senin, (4/6/2012).
"Orang banyak yang takut meminum susu sapi karena takut gemuk. Bahkan beberapa orang menyebutkan minum susu bisa menyebabkan hiperkolesterol. Ada juga orang yang kemudian mengalami mual setelah minum susu," kata Dr Fiastuti Witjaksono, Sp.GK (K), Dokter Spesialis Gizi Klinik dalam acara Media Outing di Djadoel Village, Bandung, seperti ditulis Senin, (4/6/2012).
Mitos ini sungguh keliru. Kandungan kalori dalam susu hanya sekitar 60 kalori dalam 100 gram. Bahkan kandungan ini dapat lebih rendah lagi pada produk susu yang rendah lemak. Sebagai perbandingan, rata-rata orang memakan sekitar 1500-2000 kalori per hari. Maka asupan kalori yang diperoleh dari susu tak akan bisa membikin gemuk.
Menurut dr Fiastuti, orang banyak yang takut gemuk setelah meminum susu karena suka mengonsumi susu full cream. Susu full cream kandungan lemaknya lebih tinggi dibanding susu cair karena belum dipisahkan lemaknya. Sayangnya, proses pemisahan lemak inilah yang kemudian membuat harga susu cair lebih mahal.
Sedangkan untuk rasa mual yang dialami setelah minum susu, hal itu disebabkan adanya individu yang mengalami intoleransi laktosa, yaitu kondisi di mana tubuh tidak dapat mencerna laktosa dengan baik. Penyebabnya adalah karena sejak kecil kurang terbiasa meminum susu sehingga enzim pencernaan yang berfungsi mengolah susu kurang berkembang dengan baik.
"Untuk mengatasinya, awali dengan minum susu yang tidak mengandung laktosa, kemudian meningkat menjadi yang rendah laktosa. Jika pencernaan sudah bisa mentolerir, maka baru bisa benar-benar mencerna susu biasa dengan kandungan laktosa yang tinggi," kata dr Fiastuti.
Selain itu, dr Fiastuti juga memberikan tips kepada orang yang memiliki intoleransi laktosa agar tetap mendapat asupan kalsium dari susu lewat yoghurt. Karena telah difermentasi, laktosa dalam yoghurt sudah diubah menjadi laktase yang mudah dicerna perut.
sumber : detik
{ 0 komentar... Skip ke Kotak Komentar }
Posting Komentar